BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Memilih Pendekatan
Untuk
mengetahui pengertian memilih pendekatan yang dimaksud, maka dapat
mengartikannya dari kata per kata.
Memilih dapat diartikan sebagai menentukan (mengambil, dan sebagainya) sesuatu yang dianggap
sesuai dengan kesukaan
(selera dan sebagainya). Memilih juga dapat diartikan sebagai mencari atau
memisah-misahkan mana yang baik (besar, kecil, dan sebagainya).[1]
Sementara, pendekatan yang dimaksud dalam hal ini
adalah pendekatan penelitian yang dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses penelitian, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode penelitian
dengan cakupan teoretis tertentu.
Dengan uraian tersebut, penyusun dapat
menyimpulkan definisi yang dimaksud dari memilih pendekatan itu sendiri yaitu menentukan, mencari atau
memisah-misahkan mana yang baik dalam sudut pandang kita terhadap proses penelitian, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode penelitian
dengan cakupan teoretis tertentu.
B.
Jenis-jenis
Pendekatan
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu[2].
Cara ilmiah mengandung arti bahwa kegiatan penelitian itu didasarkan pada
ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti
kegiatan penelitian itu dilaksankan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti berarti cara-cara yang
dilakukan dapat diamati oleh indra manusia; dan Sistematis artinya proses yang
digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat
logis dan ilmiah.
Secara singkat pendekatan penelitian dapat dibedakan
atas beberapa jenis, tergantung dari sudut pandangnya, yaitu:
1. Menurut
teknik samplingnya, diantaranya:
a.
Pendekatan
populasi.
Populasi (population) yang berarti jumlah
penduduk. Dalam metode pepelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran penelitian. Oleh
karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari
objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber penelitian[3].
Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang
merupakan sasaran penelitian.berdasarkan banyaknya satuan analisis dalam suatu
populasi, maka populasi dapat dibedakan atas populasi terbatas (definite population) dan populasi tidak
terbatas (indefinite population)[4].
b.
Pendekatan
sampel.
Sampel sering disebut contoh, yaitu himpunan bagian
(subset) dari suatu populasi sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan
gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu populasi
disebut penarikan sampel atau sampling[5]. Sampel dimunculkan oleh peneliti pada
suatu penelitian disebabkan karena:
(1) Peneliti ingin mereduksi (memotong) objek yang akan
diteliti. Peneliti tidak melakukan penyelidikannya pada semua obyek atau gejala
atau kejadian atau peristiwa tetapi hanya sebagian saja. Sebagian inilah yang
disebut sampel.
(2) peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil
penelitiannya, artinya mengenakan kesimpulannya kepada obyek, kejadian, gejala,
atau peristiwa yang lebih luas. Hal paling penting dalam penelitian ini adalah
bagaimana sampel tersebut ‘mewakili’ (refresentative) populasi bukan
merupakan ‘duplikat’ atau ‘replika’ yang cermat, melainkan hanya sebagai
‘cermin’ yang dapat dipandang menggambarkan secara optimal keadaan populasi[6].
c.
Pendekatan
kasus.
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang hampir
memiliki persamaan dengan penelitian grounded yaitu sama-sama berorientasi
kualitataif. Studi kasus biasanya digunakan dalam studi antropoli. Sifat khas
dari studi kasus adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan
dari objek penelitian, dalam arti objek yang dipelajari sebagai suatu
keseluruhan yang terintegrasi.[7]
2. Menurut
timbulnya variable, diantaranya:
a.
Pendekatan
non-eksperimen.
Yang termasuk pendekatan non-eksperimen ini adalah
penelitian eksploratif, penelitian deskriftif, dan penelitian eksplanatif.
Penelitian eksploratif, merupakan penelitian yang berhubungan dengan pertanyaan
dasar apa. Pertanyaan ini ingin megetahui suatu gejala atau peristiwa dengan
melakukan penjajakan terhadap gejala teersebut. Penjajakan dapat dilakukan
dengan metode bola salju, yaitu dengan bertanya kepada satu orang kemudian
diteruskan kepada orang lain, dan kalau belum puas diteruskan lagi kepada orang
lain lagi, sampai diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang masalah yang
diteliti.[8]
Penelitian deskriptif, merupakan penelitian yang
berhubungan dengan pertanyaan dasar bagaimana. Kita tidak puas bila hanya
mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga
bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Temuan-temuan dari penelitian deskriftif
lebih luas dan terperinci daripada penelitian eksploratif. Dikatakan lebih luas
karena meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain
yang berhubungan dengan masalah itu. Lebih terperinci karena variabel-variabel
tersebut diuraikan atas faktor-faktornya.[9]
Penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang
bertitik tolak pada pertanyaan dasar mengapa. Kita tidak puas bila hanya
mengetahui apa yang terjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi juga mengetahui
mengapa peristiwa itun terjadi. Yaitu dengan menjelaskan terjadinya suatu
peristiwa.[10]
b.
Pendekatan
eksperimen.
Eksperimental
adalah observasi di bawah kondisi buatan (artipical
condition). Terbagi menjadi dua, yakni penelitian eksperimental sungguhan (true eksperimental research) dan semu (quasi eksperimental research). Tujuan
dari penelitian ini adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta
berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan pada beberapa kelompok eksperimental dan penyelidikan
kontrol untuk perbandingan. Penelitian ini dapat mengubah teori-teori yang
telah usang. Percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji hipotesa serta untuk
menemukan hubungan kausal yang baru.
3. Menurut
pola atau sifat penelitian non-eksperimen, diantaranya:
a.
Penelitian kasus
(case-studies).
Studi
kasus (case study) merupakan suatu
penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat
berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat oleh
tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang
diarahkan untuk menghinpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari
kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan
untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku
untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik
sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.
Suatu
kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan
satu kesatuan. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data
seperti wawancara, observasi, dan studi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan
ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan[11].
Penelitian studi kasus (case
study) adalah :
(1) Penelitian
tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau
khas dari keseluruhan personalitas;
(2) Penelitian
yang menekankan pada penelitian sosial;
(3) Kecenderungan
pendekatannya adalah induktif;
(4) Penelitian identik dengan penelitian
bersifat kualitatif. Subjeknya bisa juga individu, kelompok, institusi atau
lembaga, atau masyarakat.
Tujuan case study
adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat
serta karakter-karakter yang khas dari kasus, individu, kelompok, institusi
atau lembaga, atau masyarakat[12].
b.
Penelitian
kausal komparatif.
Yaitu
penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari
dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Penelitian
dilakukan secara ilmiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
insrtumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk
mencari perbedaan diantara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian komparatif
dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya, selain karena menggunakan
insrtumen yang sudah diuji, juga karena kelompok-kelompok yang dibandingkan
memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama[13].
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar
tentang sebab-akibat dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau
munculnya suatu fenomena tertentu.
Berbicara
tentang pengertian komparasi, Dr. Ny.Suharsimi Arikunto dalam bukunya prosedur
penelitian: suatu pendekatan praktik (1983) sambil mengutip pidato Pengukuran
Dra. Aswarni Sudjud “Beberapa Pemikiran tentang Penelitian Komparasi”
menjelaskan bahwa penelitian komparasi pada pokoknya adalah penelitian yang berusaha
untuk menemukan peran perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur
kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok terhadap suatu ide atau
suatu prosedur kerja, dapat juga dilaksanakan dengan maksud untuk membandingkan
kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang grup atau negara terhadap
kasus, terhadap peristiwa, atau terhadap ide-ide. Suharsimi selanjutnya
mengemukakan, apabila dikaitkan dengan pendapat van Dalen tentang jenis-jenis interrelationship
studies, maka penelitian komparatif boleh jadi dimasukan sebagai penelitian
casual comperative studies, yang pada pokoknya ingin membandingkan dua
atau tiga kejadian dengan melihat penyebabnya[14].
c. Penelitian
korelasi (correlation research).
Kata korelasi berasal
dari bahasa Inggris correlation.
Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan hubungan atau saling hubungan
atau hubungan timbal balik. Dalam ilmu
statistik korelasi diberi pengertian sebagai hubungan dua variabel dikenal
dengan istilah bivariate correlation,
sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate corelation[15].
Penelitian
korelasi merupakan penelitian yang bermaksud mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih
faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya[16].
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan
suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan
beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan
keberartian (signifikansi) secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel
atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi
dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel
lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi dalam satu variabel
berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel yang lain[17].
d. Penelitian
historis (historical research).
Adalah
penelitian yang bermaksud
membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk mendukung fakta dalam memperoleh kesimpulan yang kuat[18].
Studi
historis (historical studies)
meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah
direka ulang dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku
sejarah yang masih ada, kasaksian tak sengaja yang tidak dimaksudkan untuk
disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan
sajarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen. Penelitian
historis menggunakan pendekatan, metode, dan, materi yang mungkin sama dengan
penelitian etnografis, tetapi dengan fokus, tekanan, dan sistematika yang
berbeda. Salah satu ciri khas dari penelitian historis adalah periode waktu,
yaitu kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai, kemajuan bahkan
kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu[19].
e. Penelitian
filosofis.
Penelitian filosofis (philosophycal inquiry) melibatkan
penggunaan mekanisme analisis intelektual untuk memperjelas makna, membuat
nilai-nilai menjadi nyata, mengidentifikasi etika, dan studi tentang hakikat
pengetahuan. Peneliti filosofis mempertimbangkan ide atau isu-isu (idea or issue) dari semua perspektif
dengan eksplorasi ekstensif atas literatur, menguji atau menelaah secara
mendalam makna konseptual, merumuskan pertanyaan, mengajukan jawaban, dan
menyarankan implikasi atas jawaban-jawaban itu. Peneliti dipandu oleh
pertanyaan filosofis yang telah diajukan. Ada tiga kategori penelitian
filosofis, yaitu foundational
inquiry; philoshopical
analyses; dan ethical
analyses.
Studi fundasional (foundational study or inquiry)
melibatkan analisis tentang struktur ilmu dan proses berpikir tentang penilaian
atas fenomena tertentu yang dianut bersama oleh anggota disiplin ilmiah. Tujuan
analisis filosofis adalah menguji makna dan mengembangkan teori yang diperoleh
melalui analisis konsep atau analisis lingustik. Penyelidikan etis melibatkan
analisis intelektual atas masalah etik dikaitkan dengan andil, hak, tugas,
benar dan salah, kesadaran, keadilan, pilihan, intensi, dan tanggung jawab.
Penyelidikan etis bermakna sebuah alat penggiring (means of striving) untuk lahirnya rasional akhir tatkala dimensi
etik itu digamitkan.
4. Menurut
model pengembangan atau model pertumbuhan, diantaranya[20]
:
a.
One-shot
model (satu kali tembak), yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali
pengumpulan data pada suatu saat.
Contoh
:
Model
seutuhnya hanya meneliti perkembangan motorik anak pada usia satu tahun. Dikumpulkannya anak usia satu tahun lalu diamati kemampuan
berjalannya. Penelitian dilakukan pada satu waktu terhadap satu kelompok.
b.
Longitudinal model
(pendekatan bujur atau memanjang menurut waktu), yaitu mempelajari berbagai tingkat
pertumbuhan dengan cara mengikuti perkembangan bagi individu-individu yang
sama.
Dengan pendekatan ini maka peneliti
mencatat kemampuan berpikir sejak anak duduk di kelas I. berturut-turut stiap
tahun perkembangan tersebut dicatat yaitu di kelas II, III, IV, V, dan VI. Yang
perlu dilakukan di sini adalah waktu pencatatan dilakukan. Apabila peneliti
melakukan pencatatan pertama pada bulan Juni, maka pencatatan-pencatatan
berikutnya juga harus dilakukan pada bulan yang sama sehingga kondisinya sama.
Kelebihannnya, karena subjek yang
diamati sama, sehingga factor-faktor intern individu tidak berpengaruh terhadap
hasil. Kelemahannya, waktu penelitian sangat lama dan dikhawatirkan dalam
jangka waktu yang lama ini telah banyak perubahan kondisi karena perkembangan
zaman[21].
Contoh
:
Peneliti mengamati perkembangan motorik sekelompok
anak, misalnya waktu umur 7 bulan, 8 bulan, 9 bulan, 10 bulan, 11 bulan, 12
bulan, dan seterusnya. Dengan demikian penelitian dilakukan pada beberapa waktu
terhadap satu kelompok. Dari pengamatan berturutan tersbut dapat diambil
kesimpulan mengenai perkembangan motorik anak mulai usia 7 bulan hingga 14
bulan mislanya. Kelemahan dan pendekatan ini bahwa penelitian memakan waktu
lama. Kebaikannya adalah bahwa subjek-subjek yang diamati merupakan subjek yang
sama, sehingga gambaran perkembangan motorik yang dihasilkan tidak dipengaruhi
oleh faktor subjek.
c.
Cross-sectional model
(pendekatan silang), yaitu gabungan antara model a dan b, untuk memperoleh data
yang lebih lengkap yang dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan
perkembangan individu selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami subjek
dari berbagai tingkat umur.
Pendekatan ini tidak menggunakan subjek yang sama.
Dalam waktu yang bersamaan, peneliti mengadakan penacatatan tentang
perkembangan berpikir anak-anak sekolah dasar secara serentak, yaitu kelas I,
II, III, IV, V, dan VI. Jelas, satu hal yang menguntungkan adalah bahwa datanya
dengan cepat data terkumpul. Padahal data tersebut tidak dikotori oleh pengaruh
perubahan waktu karena waktunya bersamaan. Akan tetapi subjek yang berbeda-beda
perlu juga mendapat perhatian dan pertimbangan karena perkembangan seseorang
atau kelompok satu tahun yang akan datang, mungkin ada perbedaan, atau bahkan
sangat berlawanan keadaannya dengan perkembangan kelompok satu tahun lebih tua[22].
Contoh :
Peneliti mengamati perkembangan motorik beberapa
kelompok anak dari usia yang berbeda. Misalnya kelompok A adalah kelompok anak
umur 7 bulan, kelompok B adalah kelompok anak 8 bulan, kelompok C umur 9 bulan,
dan seterusnya. Alasan peneliti mengambil beberapa kelompok adalah adanya 7
bulan pada bulan berikutnya akan mencapai perkembangan setaraf kelompok B
sekarang, dan dua bulan berikutnya perkembangannya setaraf dengan kelompok C
sekarang. Dengan kata lain, kelompok B, kelompok C, dan sebagainya merupakan
“bayangan” kelompok A pada bulan-bulan berikutnya. Dengan demikian penelitian
dilakukan pada suatu waktu terhadap beberapa kelompok, dimana kelompok-kelompok
yang usianya lebih banyak dipandang sebagai pengganti kelompok usia terkecil
pada masa-masa berikutnya.
5. Menurut
desain atau rancangan penelitiannya (masuk eksperimen)
Secara
garis besar ada 3 rancangan dasar, yaitu :
a.
Rancangan
rambang lugas.
b.
Rancangan
ulangan.
c.
Rancangan
faktorial.
Sedangkan rancangan-rancangan yang lain sebagai
perluasan atau kombinasi dari ketiga rancangan pokok tersebut.
C.
Penelitian
Tindakan
Penelitian atau research berasal dari kata re dan to
search yang berarti mencari kembali yang menunjukkan adanya proses
berbentuk siklus bersusun yang selalu berkesinam-bungan. Penelitian dimulai
dari hasrat keingintahuan dan permasalahan, dilanjutkan dengan pengkajian
landasan teoritis yang terdapat dalam kepustakaan untuk mendapatkan jawaban
sementara atau hipotesis. Selanjutnya direncanakan dan dilakukan pengumpulan
data untuk menguji hipotesis yang akan diperoleh kesimpulan dan jawaban
permasalahan. Dalam proses pemecahan masalah dan dari jawaban permasalahan
tersebut akan timbul permasalahan baru, sehingga akan terjadi siklus
secara berkesinambungan.
Menurut Winarno (1994); Metode
penelitian atau penyidikan adalah:
a)
Suatu kegiatan ilmiah, mengumpulkan
pengetahuan baru dari sumber primer,
b)
Mempergunakan teknik yg teliti dan
sistematik,
c)
Mengumpulkan data secara objektif
(mendukung kebenaran hiptesis),
d)
Mengolah data dan mengkoordinasikan
dalam ukuran kualitatif/ kuantittaif, dan
e)
Dilaporkan dalam bentuk logis.
Menurut Muhiddin Sirat (2006), Secara lebih terinci
ketiga tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut[23]:
(1) memilih masalah dan penentuan judul
penelitian,
(2) studi pendahuluan,
(3) merumuskan masalah,
(4) merumuskan hipotesis,
(5) memilih pendekatan yang akan
digunakan,
(6) menentukan variable penelitian dan
sumber data,
(7) menentukan dan menyusun instrument
penelitian,
(8) mengumpulkan data,
(9) analisis data dan pembahasan,
(10) menarik kesimpulan, dan
(11) menyusun laporan penelitian.
Menurut beberapa ahli
pengertian dari penelitian tindakan, yaitu sebagai berikut [24]:
1. Menurut
Kurt Lewin, penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri
atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
2. Menurut
Ebbut (1985) dalam Hopkins (1993) : penelitian tindakan adalah kajian sistemik
dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan tersebut.
3. Wallace
(1998) dalam Burns (1999) : penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan
data atau informasi secara sistematis tentang praktik keseharian dan
menganalisis untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang
seharusnya dilakukan di masa mendatang.
4. Menurut
Elliott (1991), penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial
dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.
Dari pengertian
penelitian tindakan diatas, dapat disimpulkan tiga prinsip. Pertama, adanya
partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan. Kedua, adanya
tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui
penelitian tindakan tersebut. Ketiga, adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.
Penelitian tindakan (action
research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah
atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang
dihadapi di dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen
di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun
peningkatan hasil kegiatan[25].
Penelitian tindakan
adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok
sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah
adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok
sasaran. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba
sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya,
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu
sama lain.
Penelitian tindakan
dapat dikatan sebagai gabungan antara tindakan bermakna dengan prosedur
penelitian, yaitu dengan sadar merumuskan tindakan yang akan dilakukan tetapi
didasari dengan ilmu sebagai pendukungnya. Tindakan yang dimaksud merupakan
intervensi yang sudah dipilih dengan pertimbangan masak-masak, yang
berprosesnya diamati dengan cermat dan sistematis.
Beberapa prinsip yang
harus dipenuhi dalam penelitian tindakan, diantaranya :
1. Pemilihan
atau topik harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting,
menarik perhatian dan mampu ditangani, serta berada dalam jangkauan kewenangan
peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan
penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai
mengganggu atau menghambat kegiatan utama. Sebagai misal, seorang dokter yang
mau mencobakan oemberian obat baru tidak boleh mengubah kebiasaan tidur pasien.
3. Jenis
intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan
tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana, dan tenaga.
4. Metodologi
yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan
dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian
tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan
penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going),
mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang
tidak dapat terhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.
Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari 3 kata yang
dapat dipahami pengertiannya. Pertama, penelitian yaitu kegiatan mencermati
suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti.
Kedua, tindakan
yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu,
yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Ketiga, kelas yaitu sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Kelas
bukan bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Maka disimpulkan penelitian tindakan kelas sebagai
suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan san merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisifatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu
dalam suatu siklus. Fokus PTK pada siswa atau PBM yang terjadi di kelas. Tujuan
untamanya adalah untuk memecahkan permasahan nyata yang terjadi di kelas dan
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangangan profesinya[26].
Dapat disimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan
terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian
tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan efektifitas metode mengajar,
pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan sebagainya. Penelitian tindakan
kelas saat ini sangat dianjurkan untuk dilaksanakan disemua jenjang dan jenis
sekolah. Adapun keunggulan penelitian tindakan kelas ini adalah[27]
:
1. Karena
guru diikutsertakan dalam penelitian sebagai subjek yang melakukan tindakan,
yang diamati, sekaligus diminta untuk merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan
tindakan, tentu lama kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri mereka suatu
kebiasaan untuk mengevaluasi diri (self evaluation).
2. Dengan
tumbuhnya budaya meneliti pada guru dengan dilaksanakannya PTK yang
berkesinambungan, berarti kalangan guru makin diberdayakan mengambil prakarsa
professional yang semakin mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil
resiko dalam mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan
memberikan perbaikan serta peningkatan.
3. Pengetahuan
yang dibangun guru dari pengalaman akan semakin banyak dan menjadi suatu teori,
yaitu teori tentang praktik pembelajaran yang dilaksanakan di kelasnya.
4. Diharapkan
guru akan menjadi terbiasa berkolaborasi dengan peneliti yang mungkin berdampak
pada keberanian menyusun sendiri tindakan kelas, mengembangkan kurikulum dari
bawah, dan menjadikan guru bersifat mandiri.
Penelitian
tindakan yang tepat mengarah ke jenis penelitian itu adalah penelitian
eksperimen. Penelitian tindakan ini dapat dimasukan dalam kelompok penelitian
eksperimen dengan ciri khusus. Dengan kalimat sederhana penelitian tindakan
adalah penelitian eksperimen berulang dan berkelanjutan. Disebut sebagai
penelitian kualitatif, karena menggali informasi secara rinci. Namun demikian,
penelitian tidak menolak penggunan angka-angka untuk melengkapi data
penelitiannya agar pengambilan keputusannya lebih tepat.
D.
Prinsip
Penelitian Tindakan
Sudah dijelaskan bahwa
penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti atas dasar kesadaran untuk
meningkatkan kinerja. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan atas dasar
kerelaan. Ciri terpenting
dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya
untuk memecahkan masalah, sekaligus untuk mencari dukungan ilmiahnya. Dari ciri tersebut maka penelitian
tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting
dan lokasinya yang sekaligus tertuang dalam namanya, antara lain:
1. Penelitian
tindakan partisipatori (participatory
action research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menekankan
keterlibatan masyarakat agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan
tersebut serta berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis masyarakat.
2. Penelitian
tindakan kritis (critikal action research),
yaitu penelitian yang dilakukan dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk
bertindak memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi.
3. Penelitian
tindakan kelas (classroom action research),
yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia
mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan
praksis pembelajaran.
4. Penelitian
tindakan institusi (institutional action
research), yaitu dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai sebuah
organisasi pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas
lembaga.
Jika kita cermati, pembagian
atas empat jenis penelitian tersebut tidak tepat, dan yang sesuai dengan apa
yang kita bahas hanya nomer 3 dan 4, keduanya menunjuk pada ruang lingkup
lokasi. Nomer 1 dan 2 dapat dimasukan ke jenis 3 dan 4. Pemaparan tersebut
dimaksudkan untuk menunjukan bahwa penelitian tindakan bukan hanya terbatas di
dalam ruang kelas saja. Penekanan dengan kata “kelas” untuk mempersempit
perhatian guru agar tercurah pada apa yang terjadi dalam sekelompok siswa di
kelas.
E.
Model
Penelitian Tindakan
Sudah disinggung di
depan bahwa penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetes dampak perlakuan.
Penelitian tindakan sudah lebih jauh ke depan. Penelitian tindakan bukan hanya
mengetes sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah mempunyai
keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian
tindakan ini peneliti langsung mencoba menerapkan perlakuan tersebut dengan
hati-hati seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan dimaksud. Dengan
demikian penelitian tindakan ini dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari
penelitian deskriptif maupun eksperimen.
Dikatakan sebagai kelanjutan
penelitian deskriptif karena penelitian
tindakan dimulai dari mencari informasi tentang keadaan sesuatu dalam rangka
mencari kelemahan dengan mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan kelemahan
tersebut, dan selama
penelitian tindakan berlangsung, peneliti mengamati terjadinya tindakan kemudian
mendeskripsikan dalam bentuk informasi.
Dikatakan sebagai
kelanjutan penelitian eksperimen karena tujuan dari penelitian tindakan adalah
mengetahui dampak dari sesuatu perlakuan, yaitu mencobakan sesuatu, lalu
dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Merupakan kelanjutkan karena sesudah
diketahui dampak perlakuan, peneliti melanjutkan dengan berpikir tentang
perlakuan yang lebih baik. Perlakuan tersebut dicermati lagi untuk diketahui
dampaknya, kemudian peneliti berpikir tentang perlakuan yang lebih baik, dan
sebagainya.
Akhir-akhir ini ada
satu pendekatan pembelajaran yang dipopulerkan di jepang, yang dikenal dengan
nama lesson study. Kalau dialihbahasakan
ke bahasa Indonesia dibaca dari belakang menjadi study lesson, diterjemahkan menjadi penelitian pembelajaran. Makna
dari terjemahan ini adalah bahwa peneliti mencermati proses pembelajaran untuk
mengetahui apakah proses tersebut sudah baik, yaitu memberikan dampak pada
siswa yang sedang belajar sehingga prestasinya juga baik. Terkenalnya lesson study hampir bersamaan dengan
penelitian tindakan kelas (PTK). Jika kita cermati, model di dua jenis
penelitian tersebut hampir sama, yaitu sama-sama mengutamakan pengamatan
terhadap proses. Mungkin tidak terlalu salah apabila kita katakan bahwa lesson study dan PTK merupakan saudara
sekandung. Perbedaannya terletak pada pengamat. Pengamat dalam PTK dapat satu
orang, kalau pengamat dalam lesson study
merupakan kelompok, sehingga dapat mendiskusikan peristiwa pembelajaran yang
baru saja mereka amati.
Untuk memudahkan
menangkap makna PTK, barangkali tepat kalau PTK merupakan in reijen (bahasa Belanda, dibaca in reyen) metode. Peristiwa
mencobakan metode ini dapat dianalogikan dengan in reyen sepeda motor. Kalau
kita baru saja membeli sepeda motor, agar dapat enak dikendarai, yaitu mesin
dan segalanya berjalan dengan baik, kita lakukan dulu in reyen beberapa hari.
Misalnya ketika dikendarai mesinnya tidak lancar, kita bawa ke bengkel. Sesudah
itu kita coba lagi, klaksonnya tidak bunyi, kita bawa lagi ke bengkel. Beberapa
kita kendarai lagi, starternya tidak jalan, dan kita bawa ke bengkel lagi.
Mengapa kita bawa ke bengkel, tidak ke tukang cukur rambut? Ya, karena yang
paling tahu tentang mesin sepeda motor adalah bengkel. Analogi dengan in reyen
sepeda motor tersebut, kiranya bertanya, Siapakah yang paling tahu dan
merasakan tentang metode? Artinya, siapakah yang paling merasakan apakah metode
yang digunakan oleh guru sudah tepat? Yang paling merasakan adalah siswa. Oleh
karena itu setelah proses pembelajaran selesai, guru mengadakan refleksi, yaitu
pengamatan masa lalu, bertanya kepada siswa apakah pembelajaran yang sudah
dilalui dapat dirasakan enaknya untuk mencerna materi pelajaran. Jika siswa
mengatakan ada sesuatu yang tidak tepat, dapat mengusulkan kepada guru untuk
diubah agar lebih baik.
Dalam
pelaksanaan PTK, siswa bukan hanya diajar seperti biasa dan mengerjakan LKS
yang intinya mengerjakan soal-soal setelah mempelajari ringkasan, tetapi harus
melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja melakukan sesuatu yang
diarahkan oleh guru. Ketika sampai saat refleksi, siswa diajak diskusi, ditanya
tentang pembelajaran yang mereka alami. Dari hasil refleksi itulah guru
mengadakan perbaikan untuk perencanaan siklus kedua. Sekali lagi, jadi inti PTK
adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa yang diutamakan.
Sebenarnya ada beberapa
model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi yang
paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis
& Mc Taggart. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah
(dan pengulangannya), yang dihasilkan dalam bagan berikut ini.
Secara
utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti
digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap
1, yaitu menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan, yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan.
2. Tahap
2, yaitu pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan
di dlam kancah, yaitu mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah
bahwa dalam tahap ini pelaksana guru harus ingat dan taat pada apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar.
3. Tahap
3, pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
4. Tahap
4, refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi. Istilah refleksi sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan
tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti dan subjek peneliti (siswa-siswa
yang sedang diajar), untuk bersama-sama mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan. Istilah refleksi disini sama dengan “memantul-seperti halnya sinar
memancar dan menatap kena kaca”, yang dalam hal ini guru pelaksana sedang
memantulkan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya
dalam tindakan, tetapi juga dihadapan subjek yang terlibat dalam penelitian.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut
merupakan satu siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap
penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
F.
Sasaran
Objek Penelitian Tindakan
Sesuai dengan prinsip
bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan
kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan
objek yang sedang diam dan tanpa gerak.
1. Unsur
siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik
mengikuti proses pembelajaran di kelas atau lapangan atau laboratorium atau bengkel,
maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau
ketika sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2. Unsur
guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang
membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang
mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
3. Unsur
materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai
bahan yang ditugaskan kepada siswa.
4. Unsur
peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar.
Dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang bisa diamati guru, siswa,
atau keduanya.
5. Unsur
hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan
yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat
pencapaian. Oleh karena hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan,
pasti terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan
atau sarana pendidikan, guru, atau siswa sendiri.
6. Unsur
lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkupi
siswa dirumahnya. Dalam penelitian tindakan, bentuk perlakuan atau tindakan
yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif.
7. Unsur
pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur
dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
Fokus PTK adalah proses
pembelajaran, yang mengutamakan aktivitas siswa. Meskipun demikian, guru yang
mengaktifkan siswa juga perlu dijadikan fokus. Untuk pengamatan terhadap proses
ini maka peneliti harus menyiapkan lembar pengamatan. Ada empat hal yang
termuat sebagai butur-butir pengamatan, yaitu (1) Siswa, mengenai minat,
semangat belajar, dan lain-lain. (2) Suasana belajar yang diharapkan kondusif.
(3) Kelancaran pembelajaran. (4) Prestasi atau hasil belajar siswa. Lembar pengamatan
yang digunakan untuk mengamati proses dapat dibuat dengan alternatif
jawaban “ya” dan “tidak”, atau
bergradasi 1,2,3, dan 4.
4
= Sangat tinggi, sangat baik, sangat aktif, dan sebagainya.
3
= Tinggi, baik, aktif, dan sebagainya.
2
= Rendah, tidak baik, tidak aktif, dan sebaginya.
1
= Sangat rendah, sangat tidak baik, sangat tidak aktif, dan sebagainya.
4 dan 3 dikategorikan “Tinggi”
1 dan 2 dikategorikan “Rendah”
Contoh:
Lembar Pengamatan Proses PTK
No
|
Objek yang diamati
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1
|
Minat belajar siswa
ketika melakukan tindakan
|
|
|
|
|
2
|
Kesungguh-sungguhan
siswa
|
|
|
|
|
3
|
Keseriusan siswa
melakukan tindakan
|
|
|
|
|
4
|
Keaktifan siswa
selama pembelajaran
|
|
|
|
|
5
|
Kerja sama siswa
antar kelompok
|
|
|
|
|
6
|
Kehangatan suasana
pembelajaran
|
|
|
|
|
7
|
Ketertiban siswa selama
pembelajaran berlangsung
|
|
|
|
|
8
|
Keriuhan suara dan
gerak-gerik siswa
|
|
|
|
|
9
|
Kelancaran
langkah-langkah pembelajaran
|
|
|
|
|
10
|
Ketepatan selesainya
proses pembelajaran
|
|
|
|
|
G.
Laporan
Penelitian Tindakan
Penjelasan tentang penyusunan laporan penelitian tindakan
ini penting, terutama bagi guru-guru yang pada saat ini masih menduduki
golongan IV/a. Selanjutnya apabila guru pelaksana penelitian tindakan kelas
sudah merasa puas dengan siklus-siklus itu, tentu saja langkah berikutnya tidak
lain adalah menyusun laporan kegiatannya. Proses penyusunan laporan ini tidak
akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja
yang sudah ia lakukan.
Membuat
karya tulis ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah
dibandingkan dengan menulis artikel, karena lahan tulisan sudah akan dipenuhi
dengan penjelasan tentang alasan, tujuan manfaat, dan isi penelitian, kemudian
cerita tentang tindakan dengan siklus-siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal
disampaikan hasil penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan
atau kesulitan dalam pelaksanaan, ditutup dengan rekomendasi atau saran. Dengan
isi seperti itu maka karya tulis ilmiah sudah mencapai paling tidak sepuluh
halaman.
Satu
hal yang perlu diperhatikan dalam karya tulis ilmiah laporan penelitian adalah
bahwa sistematika laporan harus urut sesuai aturan penelitian, hasil harus
jelas, dan sebaiknya dilengkapi dengan data akurat. Lebih baik lagi kalau
“dihias” dengan tampilan visual seperti grafik, tabel, bagan dan lain-lain.
H.
Contoh
Rencana Penelitian Tindakan Kelas
Hal yang terasa lemah
sekali pada saat ini adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan penyelesaian masalah hitungan dilakukan
dengan hukum-hukum; komutatif, asosiatif, dan distributif. Masalah hafalan
dilarang keras, karena dianggap mekanitis, padahal kalau dilihat dari segi
kemanfaatan hidup sehari-hari, menghafal operasi hitung sederhana sepeti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan-bilangan kecil dan
“bilangan baik”, sangat membantu mempercepat kerja, dan itulah sebenarnya
contoh pemberian life skill yang saat
ini digalakkan. Berbelanja ditoko dan lebih dipercepat waktunya kalau kita
sebagai pembeli dapat dengan cepat menghitung sendiri belanjaan kita sebelum
pelayanan toko mengeluarkan kalkulator untuk menghitungnya.
Andai kata guru kelas
III ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam operasi hitungan sederhana
tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan pendekatan hafalan, guru
membuat model penelitian sebagai berikut.
Tahap 1 :
Guru memilih deretan
bilangan yang akan diberikan kepada siswa untuk dihafalkan. Yang dirancang
adalah: (a) jenis operasi
hitung, (b) banyaknya bilangan, (c) cara menyampaikan kepada siswa isi perintah, (d) berapa lama angka waktu
menghafal, (e) bagaimana bentuk pengecekan, (f) apa bentuk hadiah (reward) yang akan diberikan dan
bagaimana gradasinya, (g) kapan akan dilaksanakan, dan (h) kemungkinan tidak lanjutnya.
Isi tindakan penelitian
seperti ini tampaknya tidak memerlukan peneliti luar untuk mengamati karena
tindakan dilakukan diluar ruang kelas, tetapi masih dapat dikategorikan sebagai
tindakan kelas karena masih mengenai siswa dalam kelompok kelas yang menjadi
wewenang guru. Di samping itu dikatakan penelitian tindakan karena guru
melakuakn sesuatu tindakan uji coba yang berbeda dengan yang biasa dilakukan.
Tahap 2 :
Guru merencanakan dan
mengantisipasikan kemungkinan hal-hal yang terjadi pada waktu tindakan
dilaksanakan. Meskipun hambatan, halangan atau kesulitan itu belum dapat
diramalkan kapan muncul dan bentuknya seperti apa, namun sudah dapat
diperkirakan apa saja dan seperi apa. Oleh karena dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini guru harus secara cermat mengamati proses pembelajaran,
sebaiknya guru menyediakan catatan dengan kertas khusus, sebagai persiapan
apabila ada hal-hal yang perlu dicatat. Catatan ini sangat penting artinya
karena berharga untuk memperbaiki siklus berikutnya.
Tahap 3 :
Guru menyiapkan alat
untuk melakukan pengamatan diri, yaitu mencatat hal-hal yang mungkin terjadi
ketika tindakan berlangsung. Letak titik krusial dalam pelaksanaan tindakan
antara lain: (a) perhatian siswa ketika menerima perintah guru, (b) catatan
tugas, (c) keseriusan menghafal - hal ini dapat ditanyaakan lewat wawancara,
(d) saat dan cara guru melakukan pengecekan, (e) tingkat keslahan, (f)
tanggapan siswa - dapat ditanyakan lewat
wawancara, (g) hal - hal lain yang
berpengaruh terhadap tindakan yang diberikan.
Tahap 4 :
Guru memikirkan tentang
cara melakukan refleksi diri, untuk menyusun rancangan berikutnya: (a) kapan
akan dilaksanakan refleksi, (b) caranya bagaimana, (c) bagaimana megantisipasi
kegagalan, (d) bagaimana menentukan siklus berikutnya.
Masalah lain yang patut
dicoba dalam bentuk penelitian tindakan kelas adalah pembiasaaan siswa untuk
meningktkan sikap tanggap terhadap apa yang ada disekitarnya. Penyegaran
lingkingan dengan membiasakan siswa menanam batang pohon apa saja yang
berdampak menghijaukan lingkungan juga perlu digalakkan. Hal yang saat ini
masih memprihatinkan bagi siswa adalah kecanggungan bertindak, bekerja, dan
melakukan kegiatan yang dapat membantu diri mereka menghasilkan uang untuk
mendukung kehidupannya. Kalau dapat, anak seak dini dilibatkan dalam
kegiatan-kegiatan yang sekiranya dapat memberikan kesempatan untuk berlatih beriwirausaha.
Acara ini dapat dilakukan apabila guru memang bersedia mengkaitkannya dengan
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan pendidikan lingkungan. Pembelajaran muatan
lokal sangat cocok dengan pengenalan lingkugan ini. Kurikulum tahun 2004 yang
menekankan pada penguasaan kompetensi, dapat dicoba dengan cara ini.
Masalah lain lagi yang
dapat dipandang penting adalah kepedulian peserta didik akan peraturan lalu
lintas, prilaku menjaga kebersihan,kepedulian terhadap lingkungan,dan lain-lain
aspek yang berkenaan dengan perilaku yang baik. Apa saja dari aspek tersebut
yang dapat kita angkat sebagai objek penelitian tindakan, dan bagaimana
strategi yang dapat kita pilih untuk implementasinya, dapat dibicarakan bersama
disekolah, atau kalau mungkin juga dapat forum kmite sekolah. Apa bila kita
sudah terbiasa melakuakan penelitian tindakan kelas, jawaban untuk hal itu
bukan merupakan hal yang sulit. Menurut pengalaman, guru yang sudah melakukan
satu kali, ingin mengulangi lagi karena ada rasa senang.
I.
Penelitian
Tindakan untuk Kepala Sekolah dan Pengawas
Kepala sekolah dan
pengawas, status kedudukan dan tugasnya berbeda. Jika kepala sekolah status
kepegawaiannya sama dengan guru karena masih berstatus sebagai guru yang diberi
tugas tambahan kepala sekolah sehingga masih mempunyai tugas mengajar, kecuali
dalam rangka memberikan contoh kepada guru mengajar dengan baik. Oleh karena
itu jenis penelitian tindakannya tidak persis sama dengan guru.
Seperti sudah
dijelaskan, penelitian tindakan bukan hanya dilakukan di kelas. Kepala sekolah
dapat melakukan dua lokasi penelitian, yaitu dikelas (karena kepala sekolah
juga guru), dan juga dapat dilakukan di luar kelas dan di luar sekolah. Di luar
kelas kepala sekolah dapat meningkatkan kualitas aspek-aspek kepemimpinannya
yang diarahkan kepeda guru, siswa, dan
staf sekolah yang lain, atau aspek-aspek manajemen untuk seluruh sekolah.
Adapun model rancangan penelitian yang harus dibuat, tidak berbeda dengan model
penelitian tindakan kelas yang diperuntukan bagi guru. Sebagai contoh
permasalahan yang dapat dicoba dilakukan melalui penelitian tindakan antara
lain upaya untuk mendisiplinkan kerja guru, meningkatkan kebersihan lingkungan
sekolah, menjalin hubungan yang baik antara sekolah dengan orang tua,
mengefektifkan program ektra kurikuler,dan lain-lain.
Pengawas pun dapat
melakukan penelitian tindakan, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja mereka.
Apabila pengawas melakukan penelitian yang kolaboratif, pasangan penelitiannya
dapat mengambil kepala kepala sekolah dan atau guru yang disupervisi. Kerja
sama yang dilakukan dengan pengawas lain, juga sangat memungkinkan. Sebagai
permasalahan yang dapat dianhkat sebagai judul peneletian tindakan oleh
pengawas antara lain : meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Dalam
penelitian ini pengawas mengajak beberapa orang guru,diajak menyusun rencana
mengajardengan model model yang lebih inovatif, kemudian guru-guru tersebut
secara bergantian melaksanakan mengajar, sedangkan guru yang lain mengamati
sambil membuat catatan dengan menggunakan format pengamatan yang disusun
bersama. Sesudah semua guru mengajar dan diamati teman sejawatnya, pengawas
mengadakan pertemuan untuk refleksi.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun laporan penelitiannya adalah: (a) ide
atau gagasan dari peneliti tentang apa yang dilakukan dalam tindakan harus
terkait dengan bidang tugasnya apa bila guru harus tentang pembelajaran,
apabila kepala sekolah harus pembelajaran, masalah peningkatan mutu unsur unsur
sekolah, apabila pengawas harus hal - hal terkait dengan pembinaan; (b) harus
tampak adanya kerja subjek yang dikenai tindakan; (c) harus danya t tampak
siklus, dan (d) harus adanya tampak refleksi yang hasilnya digunakan sebagai
bahan peningkatan siklus berikutnya.
J.
Penentuan
Pendekatan
Telah disinggung pada
permulaan bab ini bahwa rancangan atau pendekatan penelitian banyak dipengaruhi
oleh jenis dan banyaknya variabel, tetapi sebaliknya jenis variabel juga
dipengaruhi oleh jenis pendekatan. Selain pendekatan penelitian ini dipengaruhi
oleh banyak dan jenis variabel, tetapi masih ada faktor-faktor lain yang tidak
juga kalah penting artinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis pendekatan
ini antara lain:
1. Tujuan
penelitian,
2. Waktu
dan dana yang tersedia,
3. Tersedianya
subjek penelitian,
4. Minat
“selera”peneliti.
Walaupun masalah penelitiannya sama, tetapi
kadang-kadang peneliti dapat memilih satu di antara dua atau lebih jenis
pendekatan penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Contoh penelitian pendekatan
Judul penelitian : Pengaruh Kualitas Belajar
Mengajar terhadap Prestasi Belajar Ilmu Kimia di SMA se-Jawa Tengah.
Altenatif pendekatan yang dapat diambil antara lain
:
1. Studi
deskripsi,survey, mengumpulkan data sebanyak banyaknya
mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas
belajar-mengajar, kemudian menganalisis faktor faktor tersebut untuk dicari
peranannya terhadap prestasi ilmu kimia.
2. Studi
eksperimen, yaitu dengan sengaja mengusahakan
timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya
terhadap prestasi belajar. Tentu saja dalam menggunakan menggunakan teknik
eksperimen ini peneliti bebas menentukan rancangan eksperimen mana yang sesuai
di antara yang telah ditentukan.
Ditinjau dari teknik
sampling, studi ini harus studi sampling mengingat generelisasi yang diharapkan
adalah SMA se-jawa Tengah. Tetapi
meneliti seluruh populasi, jelas tidak mampu karena jumlah dan wilayah
SMA yang ada di Jawa Tengah, agaknya keberatan. Apalagi kalau harus mengadakan
pengamatan terhadap proses belajar-mengajar di kelas, maupun kegiatan praktikum
di laboratorium.
K.
Survey
sebagai salah satu pendekatan
Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah atau sering
mendengar berita-berita bahwa departemen/pemerintah, lembaga, kantor, dan
sebagainya sedang mengadakan survei. Mereka mengumpulkan banyak data, informasi
atau keterangan tentang sesuatu hal secara meluas. Sebagai contoh:
1. BP3K
Departemen P dan K mengadakan survei tentang kualitas pendidikan anak kelas VI
SD di seluruh indonesia tahun 1976 . Survei tersebut bermaksud untuk
mmengetahui sebarapa tinggi kualitas pendidikan yang tercermin dari daya serap
beberapa bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar. Di dalam survei tersebut
dikumpulkan pula data tentang faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
prestasi belajar siswa.
2. Sebelum
membangun Bandungan Asahan, Departemen PUTL bersama – sama dengan Departemen
Perindustrian mengadakan survei kedaerah sekitar Danau Toba dan sungai Asahan.
Suevei bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kemungkinan membangun
bendungan serta manfaatnya bagi prindustrian disekitar pembangunan jembatan
tersebut.
3. Sekelompok
mahasiswa mengadakan survei ke suatu daerah yang akan digunakan sebagai kancah pelaksanaan KKN. Survei tersebut
bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan daerah (pisik, lokasi, serta
sumber alam yang merupakan fasilitas akomodasi, serta keadaan interaksi sosial
daerah itu, adat-istiadat, pencaharian, dan sebagainya yang menyangkut
kehidupan rutin sehari-hari.
Dari ketiga contoh
diatas, tampaknya survei ini bukannya suatu kegiatan ilmiah, bukan suatu
pendekatan penelitian. Apakah memang benar demikian? Marilah kembali kita kaji
bagaimana persyaratayan suatu riset atau penelitian. Suatu kegitan penelitian
menuntut adanya tiga persyaratan yaitu dilakukan secara sistematis, berencana,
dan mengikuti prosedur ilmiah.
Apakah survei dilakukan
secara sistematis? Ya. Pemerintah, lembaga, dimana, kapan, berapa lama, apa
saja yang dilihat, data apa yang dikumpulkan, menggunakann instrumen apa,
bagaimana cara menarik kesimpulan dan bagaimana cara melaporkan.
Dengan demikian maka
survei ini dilakukan secara pribadi (sendiri) maupun berkelompok. Melihat
persiapannya, maka survei ini dilakukan secara sistematis, berencana. Coba Anda
cek dengan persyaratan ketiga. Apakah survei mengikuti prosedur ilmiah seperti
yang dikemukakan oleh John Dewey?
Jadi, survei bukanlah
hanya bermaksud mengetahui setatus gejala, tetapi juga bermaksud menentukan
kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih
atau ditentukan. Di samping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu
hipotesis. Dari contoh 2 dan 3 tentang Bendungan Asahan dan KKN, survei
bertujuan untuk memantapkan atau mempertajam suatu rencana. Survei semacam ini
dapat berstatus sebagai studi pendahuluan dalam rangkaian langkah-langkah
penelitian.
Selanjutnya dikatakan
oleh Van Dalen bahwa survei dapat luas, bahkan sangat luas maupun sempit,
ditinjau dari wilayah geografis maupun variabelnya. Sehubungan dengan
pembicaraan ini Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.Sc.Ed mengatakan bahwa pada
umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau
individu dalam waktu ( atau jangka waktu
) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup besar.
Dikatakan oleh Van
Dalen bahwa studi survei merupakan bagian dari studi diskriptif dan meliputi:
1.
School
survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi belajar, proses
belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan murid, dan hal-hal
yang menunjang proses belajar mengajar.
2.
Job
analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai
ntugas-tugas umum dan tanggung jawab para karyawan, aktifitas khusus yang
dibutuhkan keterlibatan, serta fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya, dan
fasilitas.
3.
Analisis
dokumen. Istilah lain adalah analisis isi ( kontent analysis
), analisis atau analisis keputusan-keputusan.
Analisis dokumen juga dapat dilakukan untuk menganalisis isi buku dengan
menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar dan sebagainya untuk
mengetahui klarifikasi buku-buku
tersebut.
4.
Public
opinion surveys.Survei ini bertujuan untuk mengethui
pendapat umum tentang sesuatu hal, misalnya tentang rehabilitasi suatu bangunan
bersejarah, tentang jalan satu jurusan, pemasangan lampu lalu lintas, dan
sebagainya.
5.
Comunity
surveys. Survei ini juga disebut “ social surveys “ atau “filed
surveys” karena dalam survei ini
peneliti bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan
mendalam. Walau pun kelihatannya survei ini menyangkut masyarakat, Walaupun
hubungannya dengan survei sekolah. Dalam hal ini sekolah dapat menggali data
dimasyarakat yang bisa membantu lancarnya roda persekolahan.
L.
Penelitiaan
Penelusuran, Pendekatan yang jarang Di sentuh
Sebuah pendekatan penelitian yang sangat jarang dikenal
apalagi digunakan adalah “penelitian penelusuran“ atau dalam bahasa Inggrisnya tracer study. To trace artinya mengikuti jejak yang tidak lain
adalah menelusuri. Dari arti kata menelusuri dapat diketahui bahwa kegiatan
yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak seseorang yang sudah pergi
atau sesuatu yang sudah lewat waktu. Penelitian penelusuran dilakukan untuk
mengikuti jejak lulusan sebuah sekolah atau kegiatan lain yang berupa proses.
Bagi sebuah sekolah, penelitian penelusuran yang mempunyai arti melihat hasil
dari apa yang sudah diupayakan di sekolah ketika lulusan sudah mempraktikan
kepandaiannya di tempat kerja. Bagi sekolah dasar atau sekolah umum, bagaimana
kualitas lulusannya di lembaga pendidikan kelanjutan.
Penelitian
penelusuran yang dilakukan terhadap lulusan sebuah SLTP misalnya dimaksudkan
untuk mengetahui sekolah mana saja para lulusan melanjutkan dan bagaimana
prestasi di sekolah sekolah lanjutan karena
kemampuannya kurang. Hasil dari penelitian penelusuran adalah informasi yang
lengkap tentang tuntutan yang menjadi incaran lulusan, sekaligus tentang
kelebihan atau kekurangan dari penyelenggaraan sekolah yang bersangkutan.
Penelitian
penelusuran juga dapat dilakukan untuk melihat dampak suatu kegiatan penataran.
Karyawan dari jenis kantor tertentu ditatar untuk ditingkatkan mutu
profesionalnya atau guru mata pelajaran yang ditatar untuk ditingkatkan
kemampuan mengajarnya dilihat bagaimana dampak penataran tersebut sesudah kembali
ketemp kerja. Bukan rahasia lagi guru bahwa penataran guru bidang apa saja
sudah ditatar dilain tempat berkali kali dengan biaya yang mahal, ternyata
setelah kembali bekerja tampak seperti tidak berubah, cara mengajar dan yang
diajarkan masih seperti dulu sebelum ditatar.
Jika
sebuah kegiatan penataran dipandang sebagai sebuah proses transpormasi, maka
petatar sebagai input, hasilnya
disebut output, maka kinerja mantan penatar tersebut disebut outcomes.
Jika si peneliti ingin
mengetahui keefektifan program penataran secara keseluruhan maka semua komponen
atau unsur penataran juga ikut diteliti. Sesudah itu seberapa tinggi kualitas hasil,
kualitas penampilan di lapangan, dan perlu diteliti pula kaitan antara hasil
penataran dengan penampilan dimasyarakat. Ada kemungkinan, tidak
dilaksanakannya hasil penataran memang karena hasil dimaksud sangat rendah, sehingga
ada hambatan untuk mempraktikkannya. Selain kualitas hasil yang tidak tinggi,
ada kemungkinan lain mengapa guru tidak mempraktikkan apa saja yang sudah
diperoleh dari penataran, yaitu kurang atau tidak adanya dukungan dari atasan.
Dalam hal mata pelajaran, mungkin kepala atau pengawas sekolah yang
bersangkutan tidak mendorong, atau mungkin melarang guru tersebut untuk
mempraktikan peeerolehan dari penataran. Semua faktor yang diperkirakan sebagai
kemungkinan penyebab terjadinya atau tidak terjadinya praktik prolehan
penataran ini diteliti.
[3] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi
Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 151.
[6] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi
Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 153.
[7] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi
Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 49.
[12] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi
Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 37.
[16] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi
Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 48.
[18] Dr.
Ir. Masyhuri, MP. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
Refika Aditama, hal, 33.
[20] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian, PT , hal, 121-122.
[21] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian, PT , hal, 15.
[22] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian, PT , hal, 15-16.
[25] Dr. Nana Syaodih, hal, 56.
[27] Arikunto, Suharismi Prosedur
Penelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar