Sabtu, 07 April 2012

Makalah Pengembangan Metodologi Penelitian kelompok 3


BAB II
PEMBAHASAN

A.            Pengertian Memilih Pendekatan
Untuk mengetahui pengertian memilih pendekatan yang dimaksud, maka dapat mengartikannya dari kata per kata. Memilih dapat diartikan sebagai menentukan (mengambil, dan sebagainya) sesuatu yang dianggap sesuai dengan kesukaan (selera dan sebagainya). Memilih juga dapat diartikan sebagai mencari atau memisah-misahkan mana yang baik (besar, kecil, dan sebagainya).[1] Sementara, pendekatan yang dimaksud dalam hal ini adalah pendekatan penelitian yang dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses penelitian, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode penelitian dengan cakupan teoretis tertentu.
Dengan uraian tersebut, penyusun dapat menyimpulkan definisi yang dimaksud dari memilih pendekatan itu sendiri yaitu menentukan, mencari atau memisah-misahkan mana yang baik dalam sudut pandang kita terhadap proses penelitian, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode penelitian dengan cakupan teoretis tertentu.

B.            Jenis-jenis Pendekatan
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu[2]. Cara ilmiah mengandung arti bahwa kegiatan penelitian  itu didasarkan pada ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilaksankan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia; dan Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis dan ilmiah.
Secara singkat pendekatan penelitian dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung dari sudut pandangnya, yaitu:
1.    Menurut teknik samplingnya, diantaranya:
a.         Pendekatan populasi.
Populasi (population) yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode pepelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber penelitian[3].
Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian.berdasarkan banyaknya satuan analisis dalam suatu populasi, maka populasi dapat dibedakan atas populasi terbatas (definite population) dan populasi tidak terbatas (indefinite population)[4].
b.        Pendekatan sampel.
Sampel sering disebut contoh, yaitu himpunan bagian (subset) dari suatu populasi sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling[5]. Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena:
(1) Peneliti ingin mereduksi (memotong) objek yang akan diteliti. Peneliti tidak melakukan penyelidikannya pada semua obyek atau gejala atau kejadian atau peristiwa tetapi hanya sebagian saja. Sebagian inilah yang disebut sampel.
(2) peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitiannya, artinya mengenakan kesimpulannya kepada obyek, kejadian, gejala, atau peristiwa yang lebih luas. Hal paling penting dalam penelitian ini adalah bagaimana sampel tersebut ‘mewakili’ (refresentative) populasi bukan merupakan ‘duplikat’ atau ‘replika’ yang cermat, melainkan hanya sebagai ‘cermin’ yang dapat dipandang menggambarkan secara optimal keadaan populasi[6].
c.         Pendekatan kasus.
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang hampir memiliki persamaan dengan penelitian grounded yaitu sama-sama berorientasi kualitataif. Studi kasus biasanya digunakan dalam studi antropoli. Sifat khas dari studi kasus adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek penelitian, dalam arti objek yang dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi.[7]
2.    Menurut timbulnya variable, diantaranya:
a.         Pendekatan non-eksperimen.
Yang termasuk pendekatan non-eksperimen ini adalah penelitian eksploratif, penelitian deskriftif, dan penelitian eksplanatif. Penelitian eksploratif, merupakan penelitian yang berhubungan dengan pertanyaan dasar apa. Pertanyaan ini ingin megetahui suatu gejala atau peristiwa dengan melakukan penjajakan terhadap gejala teersebut. Penjajakan dapat dilakukan dengan metode bola salju, yaitu dengan bertanya kepada satu orang kemudian diteruskan kepada orang lain, dan kalau belum puas diteruskan lagi kepada orang lain lagi, sampai diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang masalah yang diteliti.[8]
Penelitian deskriptif, merupakan penelitian yang berhubungan dengan pertanyaan dasar bagaimana. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Temuan-temuan dari penelitian deskriftif lebih luas dan terperinci daripada penelitian eksploratif. Dikatakan lebih luas karena meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu. Lebih terperinci karena variabel-variabel tersebut diuraikan atas faktor-faktornya.[9]
Penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang bertitik tolak pada pertanyaan dasar mengapa. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa yang terjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi juga mengetahui mengapa peristiwa itun terjadi. Yaitu dengan menjelaskan terjadinya suatu peristiwa.[10]
b.        Pendekatan eksperimen.
       Eksperimental adalah observasi di bawah kondisi buatan (artipical condition). Terbagi menjadi dua, yakni penelitian eksperimental sungguhan (true eksperimental research) dan semu (quasi eksperimental research). Tujuan dari penelitian ini adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan pada beberapa kelompok eksperimental dan penyelidikan kontrol untuk perbandingan. Penelitian ini dapat mengubah teori-teori yang telah usang. Percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji hipotesa serta untuk menemukan hubungan kausal yang baru.
3.    Menurut pola atau sifat penelitian non-eksperimen, diantaranya:
a.         Penelitian kasus (case-studies).
       Studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghinpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.
       Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan[11].
Penelitian studi kasus (case study) adalah :
(1)   Penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas;
(2)   Penelitian yang menekankan pada penelitian sosial;
(3)   Kecenderungan pendekatannya adalah induktif;
(4) Penelitian identik dengan penelitian bersifat kualitatif. Subjeknya bisa juga individu, kelompok, institusi atau lembaga, atau masyarakat.
Tujuan case study adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, individu, kelompok, institusi atau lembaga, atau masyarakat[12].
b.        Penelitian kausal komparatif.
       Yaitu penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Penelitian dilakukan secara ilmiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan insrtumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan diantara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian komparatif dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya, selain karena menggunakan insrtumen yang sudah diuji, juga karena kelompok-kelompok yang dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama[13].
       Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu.
       Berbicara tentang pengertian komparasi, Dr. Ny.Suharsimi Arikunto dalam bukunya prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (1983) sambil mengutip pidato Pengukuran Dra. Aswarni Sudjud “Beberapa Pemikiran tentang Penelitian Komparasi” menjelaskan bahwa penelitian komparasi pada pokoknya adalah penelitian yang berusaha untuk menemukan peran perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja, dapat juga dilaksanakan dengan maksud untuk membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang grup atau negara terhadap kasus, terhadap peristiwa, atau terhadap ide-ide. Suharsimi selanjutnya mengemukakan, apabila dikaitkan dengan pendapat van Dalen tentang jenis-jenis interrelationship studies, maka penelitian komparatif boleh jadi dimasukan sebagai penelitian casual comperative studies, yang pada pokoknya ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebabnya[14].
c.    Penelitian korelasi (correlation research).
Kata korelasi berasal dari bahasa Inggris correlation. Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan hubungan atau saling hubungan atau  hubungan timbal balik. Dalam ilmu statistik korelasi diberi pengertian sebagai hubungan dua variabel dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate corelation[15].
       Penelitian korelasi merupakan penelitian yang bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya[16].
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel yang lain[17].
d.   Penelitian historis (historical research).
       Adalah penelitian yang bermaksud membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung fakta dalam memperoleh kesimpulan yang kuat[18].
       Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka ulang dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kasaksian tak sengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sajarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen. Penelitian historis menggunakan pendekatan, metode, dan, materi yang mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan fokus, tekanan, dan sistematika yang berbeda. Salah satu ciri khas dari penelitian historis adalah periode waktu, yaitu kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai, kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu[19].
e.    Penelitian filosofis.
Penelitian filosofis (philosophycal inquiry) melibatkan penggunaan mekanisme analisis intelektual untuk memperjelas makna, membuat nilai-nilai menjadi nyata, mengidentifikasi etika, dan studi tentang hakikat pengetahuan. Peneliti filosofis mempertimbangkan ide atau isu-isu (idea or issue) dari semua perspektif dengan eksplorasi ekstensif atas literatur, menguji atau menelaah secara mendalam makna konseptual, merumuskan pertanyaan, mengajukan jawaban, dan menyarankan implikasi atas jawaban-jawaban itu. Peneliti dipandu oleh pertanyaan filosofis yang telah diajukan. Ada tiga kategori penelitian filosofis, yaitu foundational inquiry; philoshopical analyses; dan ethical analyses.
Studi fundasional (foundational study or inquiry) melibatkan analisis tentang struktur ilmu dan proses berpikir tentang penilaian atas fenomena tertentu yang dianut bersama oleh anggota disiplin ilmiah. Tujuan analisis filosofis adalah menguji makna dan mengembangkan teori yang diperoleh melalui analisis konsep atau analisis lingustik. Penyelidikan etis melibatkan analisis intelektual atas masalah etik dikaitkan dengan andil, hak, tugas, benar dan salah, kesadaran, keadilan, pilihan, intensi, dan tanggung jawab. Penyelidikan etis bermakna sebuah alat penggiring (means of striving) untuk lahirnya rasional akhir tatkala dimensi etik itu digamitkan.
4.    Menurut model pengembangan atau model pertumbuhan, diantaranya[20] :
a.         One-shot model (satu kali tembak), yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada suatu saat.
Contoh :
Model seutuhnya hanya meneliti perkembangan motorik anak pada usia satu tahun. Dikumpulkannya anak usia satu tahun lalu diamati kemampuan berjalannya. Penelitian dilakukan pada satu waktu terhadap satu kelompok.
b.        Longitudinal model (pendekatan bujur atau memanjang menurut waktu), yaitu mempelajari berbagai tingkat pertumbuhan dengan cara mengikuti perkembangan bagi individu-individu yang sama.
Dengan pendekatan ini maka peneliti mencatat kemampuan berpikir sejak anak duduk di kelas I. berturut-turut stiap tahun perkembangan tersebut dicatat yaitu di kelas II, III, IV, V, dan VI. Yang perlu dilakukan di sini adalah waktu pencatatan dilakukan. Apabila peneliti melakukan pencatatan pertama pada bulan Juni, maka pencatatan-pencatatan berikutnya juga harus dilakukan pada bulan yang sama sehingga kondisinya sama.
Kelebihannnya, karena subjek yang diamati sama, sehingga factor-faktor intern individu tidak berpengaruh terhadap hasil. Kelemahannya, waktu penelitian sangat lama dan dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama ini telah banyak perubahan kondisi karena perkembangan zaman[21].
Contoh :
Peneliti mengamati perkembangan motorik sekelompok anak, misalnya waktu umur 7 bulan, 8 bulan, 9 bulan, 10 bulan, 11 bulan, 12 bulan, dan seterusnya. Dengan demikian penelitian dilakukan pada beberapa waktu terhadap satu kelompok. Dari pengamatan berturutan tersbut dapat diambil kesimpulan mengenai perkembangan motorik anak mulai usia 7 bulan hingga 14 bulan mislanya. Kelemahan dan pendekatan ini bahwa penelitian memakan waktu lama. Kebaikannya adalah bahwa subjek-subjek yang diamati merupakan subjek yang sama, sehingga gambaran perkembangan motorik yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh faktor subjek.
c.         Cross-sectional model (pendekatan silang), yaitu gabungan antara model a dan b, untuk memperoleh data yang lebih lengkap yang dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan perkembangan individu selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami subjek dari berbagai tingkat umur.
Pendekatan ini tidak menggunakan subjek yang sama. Dalam waktu yang bersamaan, peneliti mengadakan penacatatan tentang perkembangan berpikir anak-anak sekolah dasar secara serentak, yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan VI. Jelas, satu hal yang menguntungkan adalah bahwa datanya dengan cepat data terkumpul. Padahal data tersebut tidak dikotori oleh pengaruh perubahan waktu karena waktunya bersamaan. Akan tetapi subjek yang berbeda-beda perlu juga mendapat perhatian dan pertimbangan karena perkembangan seseorang atau kelompok satu tahun yang akan datang, mungkin ada perbedaan, atau bahkan sangat berlawanan keadaannya dengan perkembangan kelompok satu tahun lebih tua[22].
Contoh :
Peneliti mengamati perkembangan motorik beberapa kelompok anak dari usia yang berbeda. Misalnya kelompok A adalah kelompok anak umur 7 bulan, kelompok B adalah kelompok anak 8 bulan, kelompok C umur 9 bulan, dan seterusnya. Alasan peneliti mengambil beberapa kelompok adalah adanya 7 bulan pada bulan berikutnya akan mencapai perkembangan setaraf kelompok B sekarang, dan dua bulan berikutnya perkembangannya setaraf dengan kelompok C sekarang. Dengan kata lain, kelompok B, kelompok C, dan sebagainya merupakan “bayangan” kelompok A pada bulan-bulan berikutnya. Dengan demikian penelitian dilakukan pada suatu waktu terhadap beberapa kelompok, dimana kelompok-kelompok yang usianya lebih banyak dipandang sebagai pengganti kelompok usia terkecil pada masa-masa berikutnya.
5.    Menurut desain atau rancangan penelitiannya (masuk eksperimen)
Secara garis besar ada 3 rancangan dasar, yaitu :
a.         Rancangan rambang lugas.
b.        Rancangan ulangan.
c.         Rancangan faktorial.
Sedangkan rancangan-rancangan yang lain sebagai perluasan atau kombinasi dari ketiga rancangan pokok tersebut.

C.            Penelitian Tindakan
Penelitian atau research berasal dari kata re dan  to search yang berarti mencari kembali yang menunjukkan adanya proses berbentuk siklus bersusun yang selalu berkesinam-bungan. Penelitian dimulai dari hasrat keingintahuan dan permasalahan, dilanjutkan dengan pengkajian landasan teoritis yang terdapat dalam kepustakaan untuk mendapatkan jawaban sementara atau hipotesis. Selanjutnya direncanakan dan dilakukan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang akan diperoleh kesimpulan dan jawaban permasalahan. Dalam proses pemecahan masalah dan dari jawaban permasalahan tersebut akan timbul permasalahan baru,  sehingga akan terjadi siklus secara berkesinambungan.
Menurut Winarno (1994); Metode penelitian atau penyidikan adalah:
a)        Suatu kegiatan ilmiah, mengumpulkan pengetahuan baru dari sumber primer,
b)      Mempergunakan teknik yg teliti dan sistematik,
c)      Mengumpulkan data secara objektif (mendukung kebenaran hiptesis), 
d)       Mengolah data dan mengkoordinasikan dalam ukuran kualitatif/ kuantittaif, dan 
e)      Dilaporkan dalam bentuk logis. 
Menurut Muhiddin Sirat (2006), Secara lebih terinci ketiga tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut[23]:
(1)   memilih masalah dan penentuan judul penelitian,
(2)   studi pendahuluan,
(3)   merumuskan masalah,
(4)   merumuskan hipotesis,
(5)   memilih pendekatan yang akan digunakan,
(6)   menentukan variable penelitian dan sumber data,
(7)   menentukan dan menyusun instrument penelitian,
(8)   mengumpulkan data,
(9)   analisis data dan pembahasan,
(10) menarik kesimpulan, dan
(11) menyusun laporan penelitian.
Menurut beberapa ahli pengertian dari penelitian tindakan, yaitu sebagai berikut [24]:
1.    Menurut Kurt Lewin, penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
2.    Menurut Ebbut (1985) dalam Hopkins (1993) : penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan tersebut.
3.    Wallace (1998) dalam Burns (1999) : penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang praktik keseharian dan menganalisis untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang.
4.    Menurut Elliott (1991), penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.
Dari pengertian penelitian tindakan diatas, dapat disimpulkan tiga prinsip. Pertama, adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan. Kedua, adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut. Ketiga, adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi di dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan[25].
Penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Penelitian tindakan dapat dikatan sebagai gabungan antara tindakan bermakna dengan prosedur penelitian, yaitu dengan sadar merumuskan tindakan yang akan dilakukan tetapi didasari dengan ilmu sebagai pendukungnya. Tindakan yang dimaksud merupakan intervensi yang sudah dipilih dengan pertimbangan masak-masak, yang berprosesnya diamati dengan cermat dan sistematis.
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam penelitian tindakan, diantaranya :
1.    Pemilihan atau topik harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani, serta berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2.    Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. Sebagai misal, seorang dokter yang mau mencobakan oemberian obat baru tidak boleh mengubah kebiasaan tidur pasien.
3.    Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana, dan tenaga.
4.    Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5.    Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat terhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.
Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari 3 kata yang dapat dipahami pengertiannya. Pertama, penelitian yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Kedua, tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Ketiga, kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Kelas bukan bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Maka disimpulkan penelitian tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan san merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Fokus PTK pada siswa atau PBM yang terjadi di kelas. Tujuan untamanya adalah untuk memecahkan permasahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangangan profesinya[26].
Dapat disimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan efektifitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas saat ini sangat dianjurkan untuk dilaksanakan disemua jenjang dan jenis sekolah. Adapun keunggulan penelitian tindakan kelas ini adalah[27] :
1.    Karena guru diikutsertakan dalam penelitian sebagai subjek yang melakukan tindakan, yang diamati, sekaligus diminta untuk merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan tindakan, tentu lama kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri mereka suatu kebiasaan untuk mengevaluasi diri (self evaluation).
2.    Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dengan dilaksanakannya PTK yang berkesinambungan, berarti kalangan guru makin diberdayakan mengambil prakarsa professional yang semakin mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan memberikan perbaikan serta peningkatan.
3.    Pengetahuan yang dibangun guru dari pengalaman akan semakin banyak dan menjadi suatu teori, yaitu teori tentang praktik pembelajaran yang dilaksanakan di kelasnya.
4.    Diharapkan guru akan menjadi terbiasa berkolaborasi dengan peneliti yang mungkin berdampak pada keberanian menyusun sendiri tindakan kelas, mengembangkan kurikulum dari bawah, dan menjadikan guru bersifat mandiri.
Penelitian tindakan yang tepat mengarah ke jenis penelitian itu adalah penelitian eksperimen. Penelitian tindakan ini dapat dimasukan dalam kelompok penelitian eksperimen dengan ciri khusus. Dengan kalimat sederhana penelitian tindakan adalah penelitian eksperimen berulang dan berkelanjutan. Disebut sebagai penelitian kualitatif, karena menggali informasi secara rinci. Namun demikian, penelitian tidak menolak penggunan angka-angka untuk melengkapi data penelitiannya agar pengambilan keputusannya lebih tepat.

D.           Prinsip Penelitian Tindakan
Sudah dijelaskan bahwa penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti atas dasar kesadaran untuk meningkatkan kinerja. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan atas dasar kerelaan. Ciri terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus untuk mencari dukungan ilmiahnya. Dari ciri tersebut maka penelitian tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting dan lokasinya yang sekaligus tertuang dalam namanya, antara lain:
1.    Penelitian tindakan partisipatori (participatory action research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan tersebut serta berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis masyarakat.
2.    Penelitian tindakan kritis (critikal action research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk bertindak memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi.
3.    Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
4.    Penelitian tindakan institusi (institutional action research), yaitu dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas lembaga.
Jika kita cermati, pembagian atas empat jenis penelitian tersebut tidak tepat, dan yang sesuai dengan apa yang kita bahas hanya nomer 3 dan 4, keduanya menunjuk pada ruang lingkup lokasi. Nomer 1 dan 2 dapat dimasukan ke jenis 3 dan 4. Pemaparan tersebut dimaksudkan untuk menunjukan bahwa penelitian tindakan bukan hanya terbatas di dalam ruang kelas saja. Penekanan dengan kata “kelas” untuk mempersempit perhatian guru agar tercurah pada apa yang terjadi dalam sekelompok siswa di kelas.

E.            Model Penelitian Tindakan
Sudah disinggung di depan bahwa penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetes dampak perlakuan. Penelitian tindakan sudah lebih jauh ke depan. Penelitian tindakan bukan hanya mengetes sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian tindakan ini peneliti langsung mencoba menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan dimaksud. Dengan demikian penelitian tindakan ini dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriptif maupun eksperimen.
Dikatakan sebagai kelanjutan penelitian deskriptif karena penelitian tindakan dimulai dari mencari informasi tentang keadaan sesuatu dalam rangka mencari kelemahan dengan mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan kelemahan tersebut, dan selama penelitian tindakan berlangsung, peneliti mengamati terjadinya tindakan kemudian mendeskripsikan dalam bentuk informasi.
Dikatakan sebagai kelanjutan penelitian eksperimen karena tujuan dari penelitian tindakan adalah mengetahui dampak dari sesuatu perlakuan, yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Merupakan kelanjutkan karena sesudah diketahui dampak perlakuan, peneliti melanjutkan dengan berpikir tentang perlakuan yang lebih baik. Perlakuan tersebut dicermati lagi untuk diketahui dampaknya, kemudian peneliti berpikir tentang perlakuan yang lebih baik, dan sebagainya.
Akhir-akhir ini ada satu pendekatan pembelajaran yang dipopulerkan di jepang, yang dikenal dengan nama lesson study. Kalau dialihbahasakan ke bahasa Indonesia dibaca dari belakang menjadi study lesson, diterjemahkan menjadi penelitian pembelajaran. Makna dari terjemahan ini adalah bahwa peneliti mencermati proses pembelajaran untuk mengetahui apakah proses tersebut sudah baik, yaitu memberikan dampak pada siswa yang sedang belajar sehingga prestasinya juga baik. Terkenalnya lesson study hampir bersamaan dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Jika kita cermati, model di dua jenis penelitian tersebut hampir sama, yaitu sama-sama mengutamakan pengamatan terhadap proses. Mungkin tidak terlalu salah apabila kita katakan bahwa lesson study dan PTK merupakan saudara sekandung. Perbedaannya terletak pada pengamat. Pengamat dalam PTK dapat satu orang, kalau pengamat dalam lesson study merupakan kelompok, sehingga dapat mendiskusikan peristiwa pembelajaran yang baru saja mereka amati.
Untuk memudahkan menangkap makna PTK, barangkali tepat kalau PTK merupakan in reijen (bahasa Belanda, dibaca in reyen) metode. Peristiwa mencobakan metode ini dapat dianalogikan dengan in reyen sepeda motor. Kalau kita baru saja membeli sepeda motor, agar dapat enak dikendarai, yaitu mesin dan segalanya berjalan dengan baik, kita lakukan dulu in reyen beberapa hari. Misalnya ketika dikendarai mesinnya tidak lancar, kita bawa ke bengkel. Sesudah itu kita coba lagi, klaksonnya tidak bunyi, kita bawa lagi ke bengkel. Beberapa kita kendarai lagi, starternya tidak jalan, dan kita bawa ke bengkel lagi. Mengapa kita bawa ke bengkel, tidak ke tukang cukur rambut? Ya, karena yang paling tahu tentang mesin sepeda motor adalah bengkel. Analogi dengan in reyen sepeda motor tersebut, kiranya bertanya, Siapakah yang paling tahu dan merasakan tentang metode? Artinya, siapakah yang paling merasakan apakah metode yang digunakan oleh guru sudah tepat? Yang paling merasakan adalah siswa. Oleh karena itu setelah proses pembelajaran selesai, guru mengadakan refleksi, yaitu pengamatan masa lalu, bertanya kepada siswa apakah pembelajaran yang sudah dilalui dapat dirasakan enaknya untuk mencerna materi pelajaran. Jika siswa mengatakan ada sesuatu yang tidak tepat, dapat mengusulkan kepada guru untuk diubah agar lebih baik.
Dalam pelaksanaan PTK, siswa bukan hanya diajar seperti biasa dan mengerjakan LKS yang intinya mengerjakan soal-soal setelah mempelajari ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru. Ketika sampai saat refleksi, siswa diajak diskusi, ditanya tentang pembelajaran yang mereka alami. Dari hasil refleksi itulah guru mengadakan perbaikan untuk perencanaan siklus kedua. Sekali lagi, jadi inti PTK adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa yang diutamakan.
Sebenarnya ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang dihasilkan dalam bagan berikut ini.
Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut :
1.    Tahap 1, yaitu menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2.    Tahap 2, yaitu pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dlam kancah, yaitu mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ini pelaksana guru harus ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar.
3.    Tahap 3, pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
4.    Tahap 4, refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Istilah refleksi sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika  guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti dan subjek peneliti (siswa-siswa yang sedang diajar), untuk bersama-sama mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi disini sama dengan “memantul-seperti halnya sinar memancar dan menatap kena kaca”, yang dalam hal ini guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan, tetapi juga dihadapan subjek yang terlibat dalam penelitian.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut merupakan satu siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.

F.            Sasaran Objek Penelitian Tindakan
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.
1.    Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas atau lapangan atau laboratorium atau bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau ketika sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2.    Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
3.    Unsur materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
4.    Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar. Dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang bisa diamati guru, siswa, atau keduanya.
5.    Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. Oleh karena hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana pendidikan, guru, atau siswa sendiri.
6.    Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkupi siswa dirumahnya. Dalam penelitian tindakan, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif.
7.    Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
Fokus PTK adalah proses pembelajaran, yang mengutamakan aktivitas siswa. Meskipun demikian, guru yang mengaktifkan siswa juga perlu dijadikan fokus. Untuk pengamatan terhadap proses ini maka peneliti harus menyiapkan lembar pengamatan. Ada empat hal yang termuat sebagai butur-butir pengamatan, yaitu (1) Siswa, mengenai minat, semangat belajar, dan lain-lain. (2) Suasana belajar yang diharapkan kondusif. (3) Kelancaran pembelajaran. (4) Prestasi atau hasil belajar siswa. Lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati proses dapat dibuat dengan alternatif jawaban  “ya” dan “tidak”, atau bergradasi 1,2,3, dan 4.
4 = Sangat tinggi, sangat baik, sangat aktif, dan sebagainya.
3 = Tinggi, baik, aktif, dan sebagainya.
2 = Rendah, tidak baik, tidak aktif, dan sebaginya.
1 = Sangat rendah, sangat tidak baik, sangat tidak aktif, dan sebagainya.
4 dan 3 dikategorikan “Tinggi”
1 dan 2 dikategorikan “Rendah”
Contoh:
Lembar Pengamatan Proses PTK
No
Objek yang diamati
4
3
2
1
1
Minat belajar siswa ketika melakukan tindakan




2
Kesungguh-sungguhan siswa




3
Keseriusan siswa melakukan tindakan




4
Keaktifan siswa selama pembelajaran




5
Kerja sama siswa antar kelompok




6
Kehangatan suasana pembelajaran




7
Ketertiban siswa selama pembelajaran berlangsung




8
Keriuhan suara dan gerak-gerik siswa




9
Kelancaran langkah-langkah pembelajaran




10
Ketepatan selesainya proses pembelajaran





G.            Laporan Penelitian Tindakan
          Penjelasan tentang penyusunan laporan penelitian tindakan ini penting, terutama bagi guru-guru yang pada saat ini masih menduduki golongan IV/a. Selanjutnya apabila guru pelaksana penelitian tindakan kelas sudah merasa puas dengan siklus-siklus itu, tentu saja langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatannya. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah ia lakukan.
Membuat karya tulis ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan menulis artikel, karena lahan tulisan sudah akan dipenuhi dengan penjelasan tentang alasan, tujuan manfaat, dan isi penelitian, kemudian cerita tentang tindakan dengan siklus-siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal disampaikan hasil penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan atau kesulitan dalam pelaksanaan, ditutup dengan rekomendasi atau saran. Dengan isi seperti itu maka karya tulis ilmiah sudah mencapai paling tidak sepuluh halaman.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam karya tulis ilmiah laporan penelitian adalah bahwa sistematika laporan harus urut sesuai aturan penelitian, hasil harus jelas, dan sebaiknya dilengkapi dengan data akurat. Lebih baik lagi kalau “dihias” dengan tampilan visual seperti grafik, tabel, bagan dan lain-lain.

H.           Contoh Rencana Penelitian Tindakan Kelas
Hal yang terasa lemah sekali pada saat ini adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan  penyelesaian masalah hitungan dilakukan dengan hukum-hukum; komutatif, asosiatif, dan distributif. Masalah hafalan dilarang keras, karena dianggap mekanitis, padahal kalau dilihat dari segi kemanfaatan hidup sehari-hari, menghafal operasi hitung sederhana sepeti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan-bilangan kecil dan “bilangan baik”, sangat membantu mempercepat kerja, dan itulah sebenarnya contoh pemberian life skill yang saat ini digalakkan. Berbelanja ditoko dan lebih dipercepat waktunya kalau kita sebagai pembeli dapat dengan cepat menghitung sendiri belanjaan kita sebelum pelayanan toko mengeluarkan kalkulator untuk menghitungnya.
Andai kata guru kelas III ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam operasi hitungan sederhana tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan pendekatan hafalan, guru membuat model penelitian sebagai berikut.
Tahap 1 :
Guru memilih deretan bilangan yang akan diberikan kepada siswa untuk dihafalkan. Yang dirancang adalah: (a) jenis operasi hitung, (b) banyaknya bilangan, (c) cara menyampaikan kepada siswa isi perintah, (d) berapa lama angka waktu menghafal, (e) bagaimana bentuk pengecekan, (f) apa bentuk hadiah (reward) yang akan diberikan dan bagaimana gradasinya, (g) kapan akan dilaksanakan,  dan (h) kemungkinan tidak lanjutnya.
Isi tindakan penelitian seperti ini tampaknya tidak memerlukan peneliti luar untuk mengamati karena tindakan dilakukan diluar ruang kelas, tetapi masih dapat dikategorikan sebagai tindakan kelas karena masih mengenai siswa dalam kelompok kelas yang menjadi wewenang guru. Di samping itu dikatakan penelitian tindakan karena guru melakuakn sesuatu tindakan uji coba yang berbeda dengan yang biasa dilakukan.
Tahap 2 :
Guru merencanakan dan mengantisipasikan kemungkinan hal-hal yang terjadi pada waktu tindakan dilaksanakan. Meskipun hambatan, halangan atau kesulitan itu belum dapat diramalkan kapan muncul dan bentuknya seperti apa, namun sudah dapat diperkirakan apa saja dan seperi apa. Oleh karena dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini guru harus secara cermat mengamati proses pembelajaran, sebaiknya guru menyediakan catatan dengan kertas khusus, sebagai persiapan apabila ada hal-hal yang perlu dicatat. Catatan ini sangat penting artinya karena berharga untuk memperbaiki siklus berikutnya.
Tahap 3 :    
Guru menyiapkan alat untuk melakukan pengamatan diri, yaitu mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan berlangsung. Letak titik krusial dalam pelaksanaan tindakan antara lain: (a) perhatian siswa ketika menerima perintah guru, (b) catatan tugas, (c) keseriusan menghafal - hal ini dapat ditanyaakan lewat wawancara, (d) saat dan cara guru melakukan pengecekan, (e) tingkat keslahan, (f) tanggapan siswa - dapat  ditanyakan lewat wawancara, (g) hal - hal  lain yang berpengaruh terhadap tindakan yang diberikan.
Tahap 4 :
Guru memikirkan tentang cara melakukan refleksi diri, untuk menyusun rancangan berikutnya: (a) kapan akan dilaksanakan refleksi, (b) caranya bagaimana, (c) bagaimana megantisipasi kegagalan, (d) bagaimana menentukan siklus berikutnya.
Masalah lain yang patut dicoba dalam bentuk penelitian tindakan kelas adalah pembiasaaan siswa untuk meningktkan sikap tanggap terhadap apa yang ada disekitarnya. Penyegaran lingkingan dengan membiasakan siswa menanam batang pohon apa saja yang berdampak menghijaukan lingkungan juga perlu digalakkan. Hal yang saat ini masih memprihatinkan bagi siswa adalah kecanggungan bertindak, bekerja, dan melakukan kegiatan yang dapat membantu diri mereka menghasilkan uang untuk mendukung kehidupannya. Kalau dapat, anak seak dini dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang sekiranya dapat memberikan kesempatan untuk berlatih beriwirausaha. Acara ini dapat dilakukan apabila guru memang bersedia mengkaitkannya dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan pendidikan lingkungan. Pembelajaran muatan lokal sangat cocok dengan pengenalan lingkugan ini. Kurikulum tahun 2004 yang menekankan pada penguasaan kompetensi, dapat dicoba dengan cara ini.
Masalah lain lagi yang dapat dipandang penting adalah kepedulian peserta didik akan peraturan lalu lintas, prilaku menjaga kebersihan,kepedulian terhadap lingkungan,dan lain-lain aspek yang berkenaan dengan perilaku yang baik. Apa saja dari aspek tersebut yang dapat kita angkat sebagai objek penelitian tindakan, dan bagaimana strategi yang dapat kita pilih untuk implementasinya, dapat dibicarakan bersama disekolah, atau kalau mungkin juga dapat forum kmite sekolah. Apa bila kita sudah terbiasa melakuakan penelitian tindakan kelas, jawaban untuk hal itu bukan merupakan hal yang sulit. Menurut pengalaman, guru yang sudah melakukan satu kali, ingin mengulangi lagi karena ada rasa senang.

I.              Penelitian Tindakan untuk Kepala Sekolah dan Pengawas
Kepala sekolah dan pengawas, status kedudukan dan tugasnya berbeda. Jika kepala sekolah status kepegawaiannya sama dengan guru karena masih berstatus sebagai guru yang diberi tugas tambahan kepala sekolah sehingga masih mempunyai tugas mengajar, kecuali dalam rangka memberikan contoh kepada guru mengajar dengan baik. Oleh karena itu jenis penelitian tindakannya tidak persis sama dengan guru.
Seperti sudah dijelaskan, penelitian tindakan bukan hanya dilakukan di kelas. Kepala sekolah dapat melakukan dua lokasi penelitian, yaitu dikelas (karena kepala sekolah juga guru), dan juga dapat dilakukan di luar kelas dan di luar sekolah. Di luar kelas kepala sekolah dapat meningkatkan kualitas aspek-aspek kepemimpinannya yang diarahkan  kepeda guru, siswa, dan staf sekolah yang lain, atau aspek-aspek manajemen untuk seluruh sekolah. Adapun model rancangan penelitian yang harus dibuat, tidak berbeda dengan model penelitian tindakan kelas yang diperuntukan bagi guru. Sebagai contoh permasalahan yang dapat dicoba dilakukan melalui penelitian tindakan antara lain upaya untuk mendisiplinkan kerja guru, meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah, menjalin hubungan yang baik antara sekolah dengan orang tua, mengefektifkan program ektra kurikuler,dan lain-lain.
Pengawas pun dapat melakukan penelitian tindakan, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja mereka. Apabila pengawas melakukan penelitian yang kolaboratif, pasangan penelitiannya dapat mengambil kepala kepala sekolah dan atau guru yang disupervisi. Kerja sama yang dilakukan dengan pengawas lain, juga sangat memungkinkan. Sebagai permasalahan yang dapat dianhkat sebagai judul peneletian tindakan oleh pengawas antara lain : meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Dalam penelitian ini pengawas mengajak beberapa orang guru,diajak menyusun rencana mengajardengan model model yang lebih inovatif, kemudian guru-guru tersebut secara bergantian melaksanakan mengajar, sedangkan guru yang lain mengamati sambil membuat catatan dengan menggunakan format pengamatan yang disusun bersama. Sesudah semua guru mengajar dan diamati teman sejawatnya, pengawas mengadakan pertemuan untuk refleksi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun laporan penelitiannya adalah: (a) ide atau gagasan dari peneliti tentang apa yang dilakukan dalam tindakan harus terkait dengan bidang tugasnya apa bila guru harus tentang pembelajaran, apabila kepala sekolah harus pembelajaran, masalah peningkatan mutu unsur unsur sekolah, apabila pengawas harus hal - hal terkait dengan pembinaan; (b) harus tampak adanya kerja subjek yang dikenai tindakan; (c) harus danya t tampak siklus, dan (d) harus adanya tampak refleksi yang hasilnya digunakan sebagai bahan peningkatan siklus berikutnya.

J.             Penentuan Pendekatan
Telah disinggung pada permulaan bab ini bahwa rancangan atau pendekatan penelitian banyak dipengaruhi oleh jenis dan banyaknya variabel, tetapi sebaliknya jenis variabel juga dipengaruhi oleh jenis pendekatan. Selain pendekatan penelitian ini dipengaruhi oleh banyak dan jenis variabel, tetapi masih ada faktor-faktor lain yang tidak juga kalah penting artinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis pendekatan ini antara lain:
1.    Tujuan penelitian,
2.    Waktu dan dana  yang tersedia,
3.    Tersedianya subjek penelitian,
4.    Minat “selera”peneliti.
Walaupun masalah penelitiannya sama, tetapi kadang-kadang peneliti dapat memilih satu di antara dua atau lebih jenis pendekatan penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Contoh penelitian pendekatan
Judul penelitian : Pengaruh Kualitas Belajar Mengajar terhadap Prestasi Belajar Ilmu Kimia di SMA se-Jawa Tengah.
Altenatif pendekatan yang dapat diambil antara lain :          
1.    Studi deskripsi,survey, mengumpulkan data sebanyak banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar-mengajar, kemudian menganalisis faktor faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap prestasi ilmu kimia.
2.    Studi eksperimen, yaitu dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Tentu saja dalam menggunakan menggunakan teknik eksperimen ini peneliti bebas menentukan rancangan eksperimen mana yang sesuai di antara yang telah ditentukan.
Ditinjau dari teknik sampling, studi ini harus studi sampling mengingat generelisasi yang diharapkan adalah SMA se-jawa Tengah. Tetapi  meneliti seluruh populasi, jelas tidak mampu karena jumlah dan wilayah SMA yang ada di Jawa Tengah, agaknya keberatan. Apalagi kalau harus mengadakan pengamatan terhadap proses belajar-mengajar di kelas, maupun kegiatan praktikum di laboratorium.

K.           Survey sebagai salah satu pendekatan
          Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah atau sering mendengar berita-berita bahwa departemen/pemerintah, lembaga, kantor, dan sebagainya sedang mengadakan survei. Mereka mengumpulkan banyak data, informasi atau keterangan tentang sesuatu hal secara meluas. Sebagai contoh:
1.    BP3K Departemen P dan K mengadakan survei tentang kualitas pendidikan anak kelas VI SD di seluruh indonesia tahun 1976 . Survei tersebut bermaksud untuk mmengetahui sebarapa tinggi kualitas pendidikan yang tercermin dari daya serap beberapa bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar. Di dalam survei tersebut dikumpulkan pula data tentang faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa.
2.    Sebelum membangun Bandungan Asahan, Departemen PUTL bersama – sama dengan Departemen Perindustrian mengadakan survei kedaerah sekitar Danau Toba dan sungai Asahan. Suevei bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kemungkinan membangun bendungan serta manfaatnya bagi prindustrian disekitar pembangunan jembatan tersebut.
3.    Sekelompok mahasiswa mengadakan survei ke suatu daerah yang akan digunakan sebagai  kancah pelaksanaan KKN. Survei tersebut bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan daerah (pisik, lokasi, serta sumber alam yang merupakan fasilitas akomodasi, serta keadaan interaksi sosial daerah itu, adat-istiadat, pencaharian, dan sebagainya yang menyangkut kehidupan rutin sehari-hari.
Dari ketiga contoh diatas, tampaknya survei ini bukannya suatu kegiatan ilmiah, bukan suatu pendekatan penelitian. Apakah memang benar demikian? Marilah kembali kita kaji bagaimana persyaratayan suatu riset atau penelitian. Suatu kegitan penelitian menuntut adanya tiga persyaratan yaitu dilakukan secara sistematis, berencana, dan mengikuti prosedur ilmiah.
Apakah survei dilakukan secara sistematis? Ya. Pemerintah, lembaga, dimana, kapan, berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa yang dikumpulkan, menggunakann instrumen apa, bagaimana cara menarik kesimpulan dan bagaimana cara melaporkan.
Dengan demikian maka survei ini dilakukan secara pribadi (sendiri) maupun berkelompok. Melihat persiapannya, maka survei ini dilakukan secara sistematis, berencana. Coba Anda cek dengan persyaratan ketiga. Apakah survei mengikuti prosedur ilmiah seperti yang dikemukakan oleh John Dewey?
Jadi, survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui setatus gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Di samping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis. Dari contoh 2 dan 3 tentang Bendungan Asahan dan KKN, survei bertujuan untuk memantapkan atau mempertajam suatu rencana. Survei semacam ini dapat berstatus sebagai studi pendahuluan dalam rangkaian langkah-langkah penelitian.
Selanjutnya dikatakan oleh Van Dalen bahwa survei dapat luas, bahkan sangat luas maupun sempit, ditinjau dari wilayah geografis maupun variabelnya. Sehubungan dengan pembicaraan ini Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.Sc.Ed mengatakan bahwa pada umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu ( atau jangka waktu  ) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup besar.
Dikatakan oleh Van Dalen bahwa studi survei merupakan bagian dari studi diskriptif dan meliputi:
1.    School survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi belajar, proses belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan murid, dan hal-hal yang menunjang proses belajar mengajar.
2.    Job analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai ntugas-tugas umum dan tanggung jawab para karyawan, aktifitas khusus yang dibutuhkan keterlibatan, serta fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya, dan fasilitas.
3.    Analisis dokumen. Istilah lain adalah analisis isi ( kontent analysis ), analisis  atau analisis keputusan-keputusan. Analisis dokumen juga dapat dilakukan untuk menganalisis isi buku dengan menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar dan sebagainya untuk mengetahui klarifikasi  buku-buku tersebut.
4.    Public opinion surveys.Survei ini bertujuan untuk mengethui pendapat umum tentang sesuatu hal, misalnya tentang rehabilitasi suatu bangunan bersejarah, tentang jalan satu jurusan, pemasangan lampu lalu lintas, dan sebagainya.
5.    Comunity surveys. Survei ini juga disebut “ social surveys “ atau “filed surveys”  karena dalam survei ini peneliti bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam. Walau pun kelihatannya survei ini menyangkut masyarakat, Walaupun hubungannya dengan survei sekolah. Dalam hal ini sekolah dapat menggali data dimasyarakat yang bisa membantu lancarnya roda persekolahan.

L.            Penelitiaan Penelusuran, Pendekatan yang jarang Di sentuh
          Sebuah pendekatan penelitian yang sangat jarang dikenal apalagi digunakan adalah “penelitian penelusuran“ atau dalam bahasa Inggrisnya tracer study. To trace artinya mengikuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Dari arti kata menelusuri dapat diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu. Penelitian penelusuran dilakukan untuk mengikuti jejak lulusan sebuah sekolah atau kegiatan lain yang berupa proses. Bagi sebuah sekolah, penelitian penelusuran yang mempunyai arti melihat hasil dari apa yang sudah diupayakan di sekolah ketika lulusan sudah mempraktikan kepandaiannya di tempat kerja. Bagi sekolah dasar atau sekolah umum, bagaimana kualitas lulusannya di lembaga pendidikan kelanjutan.
Penelitian penelusuran yang dilakukan terhadap lulusan sebuah SLTP misalnya dimaksudkan untuk mengetahui sekolah mana saja para lulusan melanjutkan dan bagaimana prestasi di sekolah sekolah lanjutan karena kemampuannya kurang. Hasil dari penelitian penelusuran adalah informasi yang lengkap tentang tuntutan yang menjadi incaran lulusan, sekaligus tentang kelebihan atau kekurangan dari penyelenggaraan sekolah yang bersangkutan.
Penelitian penelusuran juga dapat dilakukan untuk melihat dampak suatu kegiatan penataran. Karyawan dari jenis kantor tertentu ditatar untuk ditingkatkan mutu profesionalnya atau guru mata pelajaran yang ditatar untuk ditingkatkan kemampuan mengajarnya dilihat bagaimana dampak penataran tersebut sesudah kembali ketemp kerja. Bukan rahasia lagi guru bahwa penataran guru bidang apa saja sudah ditatar dilain tempat berkali kali dengan biaya yang mahal, ternyata setelah kembali bekerja tampak seperti tidak berubah, cara mengajar dan yang diajarkan masih seperti dulu sebelum ditatar.
Jika sebuah kegiatan penataran dipandang sebagai sebuah proses transpormasi, maka petatar sebagai input, hasilnya disebut output, maka kinerja  mantan penatar tersebut disebut outcomes.
Jika si peneliti ingin mengetahui keefektifan program penataran secara keseluruhan maka semua komponen atau unsur penataran juga ikut diteliti. Sesudah itu seberapa tinggi kualitas hasil, kualitas penampilan di lapangan, dan perlu diteliti pula kaitan antara hasil penataran dengan penampilan dimasyarakat. Ada kemungkinan, tidak dilaksanakannya hasil penataran memang karena hasil dimaksud sangat rendah, sehingga ada hambatan untuk mempraktikkannya. Selain kualitas hasil yang tidak tinggi, ada kemungkinan lain mengapa guru tidak mempraktikkan apa saja yang sudah diperoleh dari penataran, yaitu kurang atau tidak adanya dukungan dari atasan. Dalam hal mata pelajaran, mungkin kepala atau pengawas sekolah yang bersangkutan tidak mendorong, atau mungkin melarang guru tersebut untuk mempraktikan peeerolehan dari penataran. Semua faktor yang diperkirakan sebagai kemungkinan penyebab terjadinya atau tidak terjadinya praktik prolehan penataran ini  diteliti.


[2] Sugiyono, 2004, hal. 1.
[3] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 151.
[4] W. Gulo, Metodologi Penelitian, PT. Grasindo, hal, 77.
[5] W. Gulo, Metodologi Penelitian, PT. Grasindo, hal, 78.
[6] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 153.
[7] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 49.
[8] W. Gulo, Metodologi Penelitian, PT. Grasindo, hal, 18.
[9] W. Gulo, Metodologi Penelitian, PT. Grasindo, hal, 19.
[10] W. Gulo, Metodologi Penelitian, PT. Grasindo, hal, 19.         
[11] Dr. Nana Syaodih, , Hal, 64.
[12] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 37.
[13] Dr. Nana Syaodih. h. 56
[14] Prof. Drs. Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, Grafindo Persada, hal, 274.
[15] Prof. Drs. Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, Grafindo Persada, hal, 179.
[16] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 48.
[17] Dr. Nana Syaodih. h. 56
[18] Dr. Ir. Masyhuri, MP. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, hal, 33.
[19] Dr. Nana Syodih. Hal. 63
[20] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, PT , hal, 121-122.
[21] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, PT , hal, 15.
[22] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, PT , hal, 15-16.
[24] Kunandar. 2010.  Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo. Hal. 42-43.
[25] Dr. Nana Syaodih, hal, 56.
[26] Kunandar. 2010.  Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo. Hal. 44-45
[27] Arikunto, Suharismi Prosedur Penelitian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar